Gigi Oh Gigi

Suatu pagi, setelah selesai sarapan, Gigi bergegas menggosok giginya. “Gigi! Ayo cepat! Nanti terlambat sayang,” seru ayah memanggil Gigi. Ibu pun datang memeriksa Gigi. Namun ketika ibu menghampiri Gigi, tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam kamar mandi. “Aduuuh!” Gigi berteriak sejadi-jadinya. “Ada apa sih? Kenapa kamu berteriak?” tanya ibu keheranan. “Aduh ibu, gigiku copot. Bagaimana ini bu...” Gigi pun menangis. “Sini coba ibu lihat.” Ibu Gigi lalu memeriksanya. Ternyata gigi seri bagian atas Gigi tanggal dan kini ia terlihat ompong.

Gigi memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Ibu terus membujuknya, tetapi ia tidak menghiraukannya. Ia merasa malu gigi depannya ompong. Ia juga takut jika terjadi apa-apa dengan giginya. Ia berpikiran bagaimana jika nanti giginya selamanya akan ompong? Tak heran jika ia menjadi seperti itu. Gigi, seperti namanya, selama ini selalu rajin merawat giginya. Ia tidak pernah mengenal yang namanya sakit gigi. Ini pertama kalinya giginya tanggal.

Kemurungan Gigi berlanjut sampai seminggu. Gigi benar-benar tidak mau pergi ke sekolah. Ia juga tidak bersemangat untuk bermain dengan teman-temannya. Sudah berulang kali ayah dan ibunya mencoba menasihati Gigi. Namun ia tidak mau mendengar. Gigi selalu marah – marah kepada mereka.

Ibu berjalan ke arah kamar Gigi. Ia mengetuk pintu kamarnya. “Gigi, ayo keluarlah nak, bermainlah dengan teman-temanmu. Tidak apa-apa... tidak perlu malu, nak.” “Tidak mau. Nanti mereka akan mengejek gigiku bu”, seru Gigi. Ayah pun datang menghampiri. “Bagaimana ini yah, kalau Gigi terus-terusan ngambek seperti ini, ia akan ketinggalan pelajarannya,” ucap ibu sedikit kesal. “Hmm, ayah juga tidak tahu bu, sudahlah, nanti dia akan sadar sendiri.” Ayah pun berlalu meninggalkan ibu.

Sementara itu Gigi merenung di dalam kamar. Terlihat ia memandangi terus keluar jendelanya. “Ya ampun...apa yang harus kulakukan? Sudah satu minggu aku tidak masuk sekolah. Pasti aku ketinggalan pelajaran banyak sekali. Aku juga rindu dengan teman-temanku, tapi...”, kata Gigi dalam hati.

Keesokan harinya, ibu terkejut melihat Gigi telah rapi memakai seragam. “Wah...anak ibu mau kemana nih?” Ibu hanya tersenyum-senyum sendiri. “Gigi ingin masuk sekolah lagi bu.” Gigi kemudian duduk dan mulai menyantap sarapannya. Setelah selesai, Gigi berangkat diantar ayah.

Bel tanda dimulainya pelajaran berbunyi. Ibu guru tampak memasuki kelas. Ternyata hari itu ada pemeriksaan kesehatan gigi oleh puskesmas di sekolah. Pemeriksaan ini diadakan bagi kelas 1 sampai 4. Karena Gigi masih duduk di kelas 4 maka mau tidak mau ia harus mengikutinya. “Anak-anak, kali ini kita kedatangan tamu spesial. Dokter Gigi Rahman akan memeriksa gigi kalian satu persatu. Jangan takut ya, ibu yakin gigi kalian sehat semua.” Setelah mengecek daftar hadir siswa, ibu guru meninggalkan kelas.

“Aduh..bagaimana ini. Gigiku kan ompong. Bagaimana nanti kalau gigiku...” Gigi bergumam dalam hati. Wajahnya berubah menjadi ketakutan. Sejak sampai di sekolah ia tidak berani berbicara kepada teman-temannya. Ia malu dan takut jika teman-temannya tahu bahwa giginya ompong. Gigi hanya tersenyum tiap kali ia disapa. Apalagi sekarang giginya akan diperiksa dokter. Ia merasa ngeri jika nanti giginya diapa-apakan oleh dokter. Namun akhirnya ia tidak dapat menghindar.

“Nagita Sasha Kirana!” terdengar petugas memanggil namanya. Gigi berdebar-debar. Ia berdiri dari kursinya lalu berjalan menuju ruang UKS. “Halo Nagita, mari sini duduk. Dokter enaknya manggil kamu siapa nih?” “Gigi dok.” Gigi merasa sangat takut sekali. “Ayo Gigi sekarang buka mulutmu lebar-lebar ya...”, kata dokter kepada Gigi. Dokter memeriksanya dengan seksama. “Wah Gi, gigimu sehat dan bersih. Oh iya, apakah gigimu baru saja tanggal?” Wajah Gigi tiba-tiba memerah. “Iya dok. Ada apa dengan gigi saya? Apakah gigi saya tidak akan tumbuh lagi dan ompong selamanya? Apa....” Gigi tidak sabar mendengar jawaban dokter.

Dokter hanya tertawa kecil. “Tidak Gi, setiap anak-anak pasti mengalaminya. Ini namanya gigi susu. Setelah kamu berumur 6 tahun, ia akan tanggal dan berganti yang baru. Nanti sebentar lagi gigi susumu akan digantikan dengan gigi tetap. Hal ini wajar, dan justru pertumbuhan gigimu sehat. Nah, sekarang jangan takut dan malu lagi ya. Teruslah rawat gigimu.”

Raut wajah Gigi berubah seketika itu juga. Ia bisa tersenyum sekarang. Ia keluar ruang UKS dengan langkah yang riang. Setelah semua anak-anak mendapat pemeriksaan, ibu guru dan Dokter Gigi Rahman memasuki kelas. “Anak-anak sudah diperiksa semua kan giginya?” tanya bu guru. “Sudah!!!” jawab anak-anak serempak. “Baiklah kalau begitu, ibu senang kalian semua tidak ada yang merasa takut untuk diperiksa. Sekarang Dokter Rahman ingin berbicara. Silahkan dokter.”

“Benar anak-anak, kalian tidak perlu takut apabila gigi kalian diperiksa. Asal kalian rajin menggosok gigi dua kali sehari, pasti gigi kalian sehat. Oiya, satu lagi pesan dokter, jangan takut bila gigi kalian tiba-tiba copot. Seperti yang dialami teman kalian, Gigi. Jika gigi susu kalian tanggal di saat umur yang tepat justru itu sehat. Jadi jangan malas merawat gigi kalian sejak dini, setuju?!” kata dokter Rahman sambil melirik Gigi. “Setuju!!” teriak anak-anak dengan lantang. Gigi pun tersenyum bahagia.

Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Sensasi Bermusik Live