Posts

Showing posts from May, 2013

Pertanyaan - pertanyaan di Kepala

Kepala-kepala manusia bisa berpikir. Kepala manusia bisa menciptakan imajinasi. Kepala-kepala manusia bisa memunculkan pertanyaan-pertanyaan bodoh, absurd, dan lain sebagainya. Pun kepala saya. Muncul pertanyaan-pertanyaan. Mengapa harus ada binatang sejenis ular? Mengapa harus ada tikus di bumi ini? Apakah mimpi itu adalah kehidupan lain seseorang, seperti dalam film Inception? Apa rasanya mati? Mengapa harus ada sesi wawancara dalam rekrutmen kerja? Apakah benar-benar ada reinkarnasi? Kenapa bapak saya ngebet banget saya jadi PNS? Kenapa saya pengen sekali jadi reporter? Mengapa hewan-hewan tidak membuat toiletnya sendiri sehingga telek-teleknya tidak bertebaran dimana-mana? Kalau hidup mati di tangan Tuhan, orang yang bunuh diri mati di tangan siapa? Apalagi?

Oleh-Oleh Lockstock #2

Image
Jono Terbakar Jono Terbakar Navicula Navicula Saya dan kamera kedinginan malam itu. Yah, hujan membuat malas memang. Hujan terlalu marah sepertinya. Hanya inilah kenang-kenangan Lockstock #2 yang saya punya.

Interview: Ayu Utami

Mulai kapan mbak Ayu tertarik menulis sastra? Saya senang menulis sejak kecil. Pernah mencoba nulis novel waktu SMA tapi ditolak penerbit. Novel pertama saya, Saman, menang dalam lomba Roman Terbaik DKJ, dan terbit di usia saya 20-an akhir. Apa yang membuat mba Ayu suka menulis? Ya, senang saja. Seperti kita senang main musik, senang menggambar. Apa yang mbak Ayu pertama kali tulis saat mulai tertarik dg sastra? Puisi, novel, prosa, atau apa? Saya senang menulis cerita. Tapi cerita saya umumnya panjang. Jadi, saya sedikit sekali menulis cerpen. Saya lebih banyak menulis novel. Lalu karya mba Ayu sekarang yang banyak dipublikasikan adalah novel, kenapa mba ayu memilih novel? Karena cerita saya umumnya panjang-panjang. Adakah karya sastrawan/sastrawati dalam/luar negeri favorit mba Ayu? Siapa sastrawan idola? Saya tidak pernah mengidolakan orang. Saya suka karya. Banyak yang saya suka. Cerpen House of the Sleeping Beauties dari Yasunari Kawabata termasuk yang terngiang-ngiang di kepa

Biasa yang Luar Biasa!

Mereka adalah musisi yang menurut saya "biasa yang luar biasa". Biasa karena musik mereka dihasilkan dari alat musik yang tidak 'keroyokan'. Tidak ada gitar distorsi, efek, atau apalah itu istilahnya saya tidak mengerti. Tidak ada tabuhan drum yang tratakdungjes. Tidak ada blabablabla. Biasa karena lirik lagu yang berbahasa Indonesia. Eh sebenarnya lirik Bahasa Indonesia lagu mereka ini luar biasa! Musik biasa tapi di telinga saya menjadi luar biasa! Lagu-lagu yang juga multitafsir bagi saya. Lagu-lagu yang bisa membakar semangat dan juga menemani perasaan mellow saya. Sambutlah: Banda Neira Musik yang dihasilkan dari petikan gitar Ananda Badudu dan terkadang ada suara xylophone terdengar sangat nyaman di telinga. Lirik berbahasa Indonesia yang sangat keren. Keren didengarkan. Diinterpretasi sendiri. Hahaha. Lebih baik dengarkan sendiri permainan musik mereka di http://soundcloud.com/bandaneira Jono Terbakar Saya tidak tahu pasti sebenarnya Jono Terbakar ini band ata

Saya Pikir Hujanlah Penyebabnya

Malam itu saya putuskan untuk berangkat menuju Stadion Maguwoharjo. Walaupun sedikit malas karena hujan dan lokasinya sangat jauh dari rumah. Namun demi memenuhi janji pada teman saya Vito yang sudah menraktir saya tiket terusan 2 hari dan menjawab rasa penasaran saya dengan penampilan Navicula, maka saya putuskan menerobos derasnya hujan, kencangnya angin, dan kilat yang menyambar-nyambar kala itu. Sepanjang jalan ring road utara banjir dan entah sudah berapa mili liter air hujan yang masuk ke mulut saya. Saya tetap berangkat! Sebelum mendarat di stadion, saya mampir sementara waktu di rumah Vito untuk berteduh. Segelas teh hangat buatan ibunda tercintanya ganti memenuhi mulut saya. Menggelontor semua air hujan sebelumnya. Lumayan hangat. Sambil menunggu celana jeans yang sedikit basah, sambil bercerita. Saya, Vito, dan Viki yang akan berangkat malam itu, memutuskan hanya akan menantikan penampilan Navicula di panggung Lockstock. Memang tidak ada band lainnya yang benar-benar menarik

Sensasi Musik Live Bagian 1

Menikmati pertunjukan musik memang menjadi suatu hal yang menyenangkan. Beberapa kali saya menyempatkan diri mendatangi gigs di negeri ini. Negeri ini? Ah bahasanya kok seperti saya sudah melanglang buana ke daerah-daerah, luar kota, dan semacamnya ya. Hahaha. Padahal baru di Jogja dan Jakarta. Ah Jakarta juga baru 2 kali. Ah itu tidak penting juga kali. Lupakan. Pokoknya selama saya pernah menikmati acara-acara musik ini, ada beberapa band yang saya anggap keren jika musik mereka dinikmati secara live. Saya tidak tahu dan tidak suka membedah jenis musik apa yang mereka bawakan. Bagi saya tidak penting memang. Musik yang enak bagi telinga saya itu saja sudah cukup. Karena bagi saya mendengarkan musik hasil rekaman saja tidak cukup. Walaupun musik hasil rekaman lebih jernih dan suara vokalnya lebih jelas didengar, tapi menikmati secara visual orang-orang memainkan alat musik dan mendengarkan permainan mereka merupakan sensasi yang tidak ada tandingannya. Oke. Jadi intinya berikut band

Alat Tempur Reporter

Image
Sudah kurang lebih setahun saya menjadi freelance reporter di sebuah majalah anak muda lokal Jogja. Menjadi reporter di majalah ini tentunya saya dituntut harus bisa melaksanakan liputan di lapangan, baik wawancara narasumber atau meliput event. Di setiap kesempatan liputan ini saya pun harus selalu membawa beberapa alat tempur. Apa sajakah itu? Pulpen dan Buku Catatan Saya bisa saja menggunakan handphone untuk mencatat data-fakta penting selama liputan. Namun ketika saya memerlukan wawancara dengan narasumber, saya lebih suka membawa alat tulis ini. Menulis data penting seperti nama orang, alamat, dan lain-lain di buku catatan lebih aman daripada di handphone. Alasannya? Handpone lebih sering digunakan, apabila tidak hati-hati bisa-bisa saya tidak sengaja menghapus catatan penting di dalamnya. Handphone juga lebih rawan jatuh, dicuri, dan semacamnya. Ya paling aman sih memang menyimpan data tersebut di handphone dan buku catatan dan menjaganya jangan sampai hilang. Hehehe. Handp

Jerawat Gengges

Jerawat seringkali bikin gemes ya. Apalagi kalau munculnya di tempat-tempat tertentu di wajah. Tempat-tempat yang aduuuh...gengges banget deh. Nah berikut ini posisi-posisi jerawat yang genggesnya minta ampun! 1. Hidung Sudah pasti bila ada jerawat tumbuh di sekitar area hidung, di dalam hidung atau tepat di atas hidung dan parahnya jerawat ini mateng kita akan merasa risih. Posisi gengges banget nih. Muka jadi aneh karena jerawat ini jadinya kelihatan seperti upil. Ckckck. Kalau ngga upil ya dikiranya kita abis makan belepotan. Huh! Malu kan pasti. Oh iya apalagi pad jerawatnya udah gede trus mateng, uuh sakitnyaaa. 2. Tengah-tengah alis Posisi tumbuh jerawat ini ngga begitu ganggu sih. Cuma kalau dilihat-lihat, wajah kita jadi kayak orang India gitu deh. Tetep aja ngerusak penampilan kita. 3. Area mulut Sama aja kayak hidung, area mulut yang tiba-tiba ditumbuhi jerawat bikin kita ngga pede. Kalau orang lain lihat biasanya akan ngira itu nasi yang kepret waktu kita makan. Saat cuci mu

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Oleh: Adriana Andang Gitasari Siapa bilang kegiatan mahasiswa hanya berkutat pada segudang tugas-tugas perkuliahan? Seperti gadis kelahiran 5 September 1988 yang satu ini, Ayu Rianna Amardhi. Pribadi yang akrab disapa dengan Ima ini masih tercatat sebagai mahasiswi S1 Jurusan Ilmu Komunikasi UGM semester enam. Walaupun disibukan dengan berbagai kegiatan dan tugas perkuliahan, ia masih sempat meraih prestasi sebagai Finalis Putri Indonesia 2009. Awal September tahun lalu, ia dihubungi staf Agensi Model Samurai Pro bahwa ada audisi pemilihan Putri Indonesia 2009. “Akhirnya dengan modal nekat dan persiapan yang cuma seminggu, saya nyobain ikut audisi”, ujar gadis berkulit putih ini. Audisinya pun terbilang sangat ketat. Ima harus melewati beberapa tahap seleksi di tingkat daerah dan menyisihkan 35 peserta lainnya. Seminggu kemudian, Ia mendapat kabar dari Yayasan Putri Indonesia bahwa ialah yang terpilih menjadi wakil Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia berangkat ke Jakarta untuk

Realita Dunia Kerja

Sekitar 2 minggu lalu saya mendapat panggilan wawancara kerja di sebuah majalah anak-anak milik perusahaan grup majalah ternama yang berkantor pusat di Jakarta Barat. Sebuah kesempatan yang saya idam-idamkan selama ini. Kesempatan langka. Karena hanya selang beberapa hari saja setelah mengirim lamaran via email saya ditelepon oleh staf HRD perusahaan tersebut. Akhirnya berangkatlah saya ke ibukota. Hari wawancara pun tiba. Namun saya datang ke kantor majalah tersebut di bilangan Kebon Jeruk dengan modal 'nol'. Tidak belajar. Baik tentang profil majalah tersebut maupun belajar teknik wawancara kerja yang oke. Simpel. Saya ingin melakukan sesi wawancara yang spontan dan mengalir dengan menjadi diri saya sendiri. Lucu sekali bukan? Mengingat orang pada umumnya belajar dan berlatih mati-matian sebelum menghadapi saat-saat seperti ini. Namun apa yang terjadi? Wawancara yang pikir saya akan menjadi mudah ternyata tidak. Tidak mudah tanpa belajar dan persiapan sebelumnya. Ke-apa adany

Hari Ini Saya Diwisuda

Hari ini saya jadi wisudawati. Saya senang sekali karena saya tidak harus lagi menjalankan kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Saya bisa mebuktikan diri saya bisa menyelesaikan studi di sebuah universitas negeri di Yogyakarta. Namun di sisi lain saya merasa sedih karena harus menghadapi persaingan dunia kerja yang begitu keras. Lebih keras dari dunia perkuliahan. Apalagi bagi seorang yang 'modalnya' pas-pasan seperti saya. Menakutkan kadang. Walaupun demikian tidak ada alasan untuk takut terlalu lama. Terlalu lama takut hanya akan membuat ketakutan selama-lamanya. Ah semoga saya tidak hanya omong doang di sini. "Ini bukan tentang piala. Bukan juga tentang lencana. Ini bukan tentang jadi juara. Aku hanya seseorang ingin bertualang memandang dunia dari sudut yang berbeda." Begitu kutipan lirik lagu Jono Terbakar berjudul Tualang. Lagu yang cukup menginspirasi dan motivasi. Semangat!

The SIGIT - The Parade 2012

Image
The SIGIT

Kata Kakak

Oleh: Adriana Andang Gitasari “Ayo bangun sayang, sarapan,” Mama membangunkan Devi. Perlahan Devi membuka matanya. “Oh iya, kamu tak perlu ke sekolah hari ini,” tambah Mama. “Apa?!” Devi sangat terkejut. Ia bangun dari tempat tidurnya. “Kata siapa ma? Kemarin tidak ada pengumuman libur kok,” Devi tidak percaya. “Iya, tapi tadi pagi-pagi sekali wali kelasmu menelepon katanya...” “Apa katanya?” Devi menyela perkataan mama. “Katanya sekolah rusak parah akibat hujan dan angin kencang semalam,” ujar mama. Seketika wajah Devi berubah. Ia sedih tidak bisa pergi ke sekolah. Akhir-akhir ini ia sedang bersemangat belajar. Melihat wajah muram Devi, mama lalu mengajaknya sarapan. Setelah sarapan, Devi terus berdiri di dekat jendela. Di luar masih saja turun hujan dan angin bertiup sangat kencang. Memang sejak tadi malam cuaca buruk belum berakhir. Huh, kenapa sih harus turun hujan segala? Pikir Devi dalam hati. Ia merasa bosan hanya berdiam diri di rumah. “Dev, kenapa kamu tidak bermain saja den

'Ke Sana' - nya Float

Suatu kali saya mengetik tweet dan me-mention @float_project. Isinya ungkapan kekaguman saya pada lagu-lagu mereka yang bagus (setidaknya bagi saya pribadi). Lalu tweet saya pun dibalas. Saya tak mau begitu saja terputus hubungan. Halah bahasaku elek banget. Hahaha. Maksud saya mumpung tweet saya dibalas, alangkah baiknya saya mengungkapkan pertanyaan saya yang lain. Daripada dipendam nanti malah jadi gundam. Opo to yooo... Jadi beginilah, ada cerita tentang cerita dibalik lagu Float yang berjudul “Ke Sana”. Karena saya selalu merasa haru setiap kali mendengarkannya. Saya penasaran sebenarnya apakah maksud Hotma ‘Meng’ Roni Simamora menulis lagu ini. Lalu saya tanyakan saja, seperti ini ceritanya: • @andanggita: @float_project kalau bikin lagu selalu bagus :')” • Float ‏@float_project 20 Dec Aaah.. Trimakasih. ;) “@andanggita: @float_project kalau bikin lagu selalu bagus :')” • Adriana Andang ‏@andanggita 20 Dec @float_project sama-samaaa, boleh tahu ngga? sebenarnya lagu

Kado Valentine

“Dino, kamu mau ngasih kado siapa besok hari valentine?” tanya Jeri membuyarkan lamunan Dino. “Oh, valentine? Aku tidak tahu. Lagian selama ini aku tidak pernah merayakannya.” Jawab Dino datar. “Kalau aku sih, mau ngasih Tata coklat, hehehe”. Jeri tertawa kecil. “Dasar kamu ini kecil-kecil udah mulai pacaran ya.” Dino meledek Jeri. “Ngaco kamu. Tata kan kemarin sudah menolongku waktu terjatuh dari sepeda. Aku cuma ingin berterima kasih,” sanggah Jeri. Tak lama kemudian bel berbunyi. Mereka pun masuk kelas. Sepulang sekolah, Dino bermalas-malasan di rumah. Ia terus menonton televisi. Sampai ia tidak sadar orangtuanya sudah pulang. “Lho, mama kapan pulang?” tanya Dino. “Dasar kamu, mama sudah pulang daritadi lho.” Dino tetap saja menonton televisi. Mama yang memperhatikan kelakuan Dino menjadi jengkel. “Dino! Cepat mandi, lalu makan. Jangan lupa kerjakan PR ya,” seru Mama. Bukannya menuruti perkataan Mama, Dino malah asyik bermain game di komputer. “Lho kamu itu gimana sih, ayo...” seb

Books For Children 2013: Charity Night

Image
31 Maret 2013 lalu, Keluarga Mahasiswa Antropologi Universitas Gadjah Mada sukses menggelar Charity Night Books For Children 2013. Kali ini saya bersemangat untuk datang ikut menyukseskan acara amal keren ini. Hahaha. Memang bukan sedang tugas liputan, tapi saya iseng membawa kamera. Yah akhirnya saya lebih banyak potret-potret daripada menikmati musiknya. Hahaha. Jadi saran saya kalau mau full menikmati pertunjukan musik tak usah bawa kamera, cukup dengarkan saja. Oke Jalan Pulang Jalan Pulang Everyday Everyday Everyday Melancholic Bitch Melancholic Bitch Melancholic Bitch Melancholic Bitch

Hey Ho, Let’s Go!

Tulisan ini akan jadi tulisan standar sekali di hari pertama keikutsertaan saya di program #31HariMenulis. Isinya hanya akan berbicara soal keikutsertaan saya yang pertama kali dan bla dan bla dan bla. Tak apalah, sudah berani menulis itu sudah bagus daripada tidak memulai sama sekali. Hahaha. Tunggu. Memang tidak akan banyak orang yang membaca blog saya, tapi tak ada salahnya saya mengenalkan apa itu #31HariMenulis. Program yang digelar tahunan ini merupakan ajang bagi anak Komunikasi UGM untuk membuktikan kegigihannya menulis maraton selama 31 hari. Saya tidak tahu pasti sudah berapa kali digelar. Namun sepertinya ajang ini asyik sekali. Jika tidak menulis sehari saja akan terkena denda. Jadi semua peserta harus rajin-rajin menulis. Pada akhirnya nanti, akan terpilih satu pemenang yang akan digelari Blogger Terangker. Itu sih kalau saya tidak salah ingat. Hahaha. Daripada saya salah menceritakan lebih baik segala macam tentang ajang ini bisa dibaca di blog resminya Huah! Titel ata