Posts

Showing posts from January, 2012
Image
cuma rumput biasa
Image
I saw you fell down on that day from here

Gembel ya?

Seorang teman pernah bercakap-cakap dengan saya seperti berikut: Teman : (melirik flat shoes yang saya gunakan) “Wah mbak andang cewek sekarang, hahaha” (tertawa) Saya : (terkejut dan heran) “Hahaha, emang dulu bukan cewek?” Teman : “Dulu gembel, hahaha” Saya : “Hahaha” (speechless) Catatan: dulu setelan favorit saya adalah kaos, jeans, dan sepasang converse all star buluk.

Long Distance REALationship

Image
Inilah salah satu alasan teman kamu tidak pernah malam mingguan :)

Ada Dimana-mana

Image
Versus "Ada Dimana-mana"

Kiko dan Sumpit Ajaib

“Maak! Kenapa tiap hari kita hanya makan nasi dan sayur labu?” kata Kiko setengah berteriak kepada emak. “Kiko... Kau seharusnya bersyukur masih bisa makan. Memang hanya ala kadarnya nak. Sudah, ayo cepat sarapan dan setelah itu kamu cari kayu bakar di hutan ya,” jawab emak. “Tapi mak....” Ia tidak melanjutkan perkataannya. Sepanjang perjalanan ke hutan, ia terus menggerutu. Ia bosan dengan menu makanan yang itu-itu saja. Sehari-hari emak hanya berjualan labu hasil berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itulah mereka hidup serba sederhana. Sampai di hutan Kiko segera mencari kayu. Tidak terasa sudah satu jam lamanya. Ia merasa lelah. Kiko beristirahat di bawah pohon. Tiba-tiba sebuah benda jatuh mengenai kepalanya. Ternyata sebuah kayu kecil panjang mirip sumpit. “Ups, ini kan memang sumpit! Kenapa bisa ada benda ini disini?” Kiko memeriksa pohon. Tidak ada siapapun. Kiko lalu iseng-iseng menggunakan sumpit itu untuk menyantap bekal makan siangnya. Ajaib! Bekal nas

Menonton Setjangkir Kopi dari Plaja

Image
Saat itu, pacar saya, Vendri pulang ke Jogja untuk berlibur. Pada hari kedua kepulangannya, ia mengajak saya pergi menikmati pertunjukkan yang digelar Papermoon Puppet Theatre. Yes! Akhirnya saya bisa menonton mereka! Beberapa pentas mereka yang lalu saya lewatkan. Kali ini, saya akan mengerahkan seluruh tenaga untuk menikmatinya. Eits, ini bukan cerita tentang bagaimana romantisnya kami berkencan. Bukan! Ini cerita tentang kekaguman saya menonton Setjangkir Kopi dari Plaja! Kamis, 22 Desember 2011. Saya tidak tahu pasti akan bagaimana pementasan ini digelar. Ini pertama kalinya saya menonton boneka-boneka berdrama. Pementasan ini lain dari yang lain. Sebelumnya, kami (para penonton) diajak berkumpul di Kedai Kebun Forum. Disana kami ternyata menunggu kedatangan sebuah bus mini (seukuran bus Jogja-Tempel). Bus tersebutlah yang akan membawa kami ke tempat pementasan. Lho dugaan saya salah. Saya kira kami akan menikmati pertunjukkan di dalam Kedai Kebun Forum. Ternyata salah sa

Maafkan Jito, Kek

Siang itu Pak Bun bersiap membunyikan lonceng. Ya, Pak Bun adalah penjaga sekolah SD Tunas Bangsa yang baru. Anak-anak lebih akrab memanggilnya Pak Bun, kependekan dari Pak Tukang Kebun. Sebenarnya nama asli pria paruh baya itu ialah Yanto. “Teng…teng…teng.” Suara nyaring lonceng tua itu terdengar ke seluruh penjuru sekolah. Tandanya waktu belajar di sekolah telah usai. Teriak anak-anak pun terdengar riuh menyambut datangnya bunyi bel itu. Pak bun hanya menggeleng. Tak lama kemudian anak-anak berhamburan keluar kelas. “Selamat siang Pak Bun! Besok mukul loncengnya cepat-cepat ya, biar aku bisa cepat pulang,” sapa Didi dengan riangnya. “Huss kamu ini! Pak Bun kan cuma menuruti perintah Pak Kepala Sekolah,” tukas Anjar. “Ah… .” Sebelum Didi selesai bicara, Pak Bun malah balik bertanya. “Kalian kok hanya berdua? Jito mana?” tanyanya. Anjar dan Didi hanya menggelengkan kepala. “Biasanya kami emang pulang bertiga Pak, tapi akhir-akhir ini Jito sering menyendiri di perpustakaan. Dia eng

Aku Masih Memakai Rok

Tidak. Aku tidak sedang tidur. Aku sedang dalam perjalananku ke sekolah. Ya, sekolah. Yang kutahu, sekolah adalah tempat dimana aku dipaksa orangtuaku untuk kukunjungi setiap hari. Kecuali hari minggu. Dan setiap aku pulang dari sana, banyak hal yang harus terpaksa kuingat. Cukup. Lupakan semua itu, mungkin terlalu buruk bayanganku tentang sekolah. Tunggu. Jalan ini tidak seperti jalan biasanya. Jalan menuju ke sekolahku tidak seramai ini. Hanya ada beberapa pedagang buah di kanan jalan yang sehari-hari berjualan. Kenapa semua orang berdiri memenuhi ruas jalan? Apakah akan ada karnaval hari ini? Tidak. Tidak ada siapapun di belakangku. Tidak ada petugas keamanan. Tidak ada mobil-mobil berhiaskan pita warna-warni. Tidak ada para badut yang dengan konyolnya menakut-nakuti anak-anak. Tidak ada sorak sorai. Tidak ada! Oh tidak! Tidak ada semua itu. Hanya aku, sendirian. Akulah karnaval itu. Lah apa-apaan ini? Tunggu. Mereka memandangiku dengan tatapan yang sama ketika ibu m

Percakapan

Percakapan Anak : “Pak kata orang jendela dunia itu buku ya?” Bapak : “Iya nak, ada apa?” Anak : “Terus pintunya apa dong?” Bapak : (berpikir lama kemudian menjawab) “Ya…kamu itu!”