Posts

Showing posts from June, 2013

Terima Kasih 31 Hari Menulis

Ini adalah hari ke-31 program 31 Hari Menulis 2013 buatan anak Komunikasi UGM. Mulai besok tak akan lagi menulis blog dengan label #31HariMenulis. Walaupun demikian, semangat 31 Hari Menulis tak boleh berakhir begitu saja. Ini kali pertama saya ikut program ini. Senang rasanya bisa mengalami waktu-waktu bersemangat menulis, mendapatkan ide tulisan begitu saja, mempublish tulisan-tulisan lama, takut dikejar denda, harus ke warnet malam-malam, menulis ngasal asal tak denda, sampai bingung harus menulis apa. Inilah sensasi ikut 31 Hari Menulis. Tak peduli apakah tulisan saya bisa dibaca dengan enak atau tidak. Saya sudah cukup berprestasi bisa menyelesaikan 31 hari tantangan menulis. Hahaha. Tak lupa ucapan terima kasih harus disampaikan pada Bang Wiro. Dialah admin blog www.31harimenulis.blogspot.com yang selama ini setia menunggui tulisan-tulisan para peserta. Walau terkadang salah rekap, tapi apalah daya Bang Wiro juga manusia. Harap maklum. Saya juga minta maaf apabila s

Bertemu Teman

Hari ini aku senang sekali. Aku bertemu teman-teman kuliah. Sudah lama aku tidak bertemu mereka. Setelah lulus, rasanya sepi sekali tidak pernah bertemu teman-teman. Kami bertemu di perpus universitas. Kami berbincang ngalor-ngidul seperti biasanya. Tidak terasa hari sudah sore. Kami merasa lapar. Kami ingin makan bersama. Namun di luar hujan turun sangat deras. Kami pun menunggu. Setelah hujan reda, kami pun berangkat ke rumah makan. Aku senang. Semoga aku bisa bertemu mereka lagi.

Terima Kasih dan Maaf

Sempat bertukar pesan dengan salah seorang teman, akhirnya saya mengetahui kabar ini. Kabar bahwa majalah tempat saya bekerja sebagai reporter lepas sudah memutuskan untuk vakum. Entah untuk berapa lama. Majalah anak muda lokal Jogja yang saya ikuti sejak April 2012 lalu. Sayang sekali. Majalah ini muncul di tahun 2010. Sempat berganti-ganti konsep dan segmentasi saat masih berbentuk buletin, akhirnya di akhir tahun 2012 majalah ini berubah bentuk menjadi majalah dengan sasaran pembaca anak SMA. Saya sendiri bekerja sebagai reporter lepas. Setiap sebulan sekali saya mendapat tugas membuat artikel seperti profil komunitas, profil siswa bereprestasi, terkadang artikel tentang gadget, dan lain-lain. Sungguh pengalaman yang sangat berharga dan tidak akan terlupakan. Kepuasan batin bisa membuat suatu tulisan dan dibaca banyak orang (yang ini sebenarnya saya tidak yakin) merupakan kesenangan tersendiri. Bisa pergi meliput konser musik, pentas teater teman-teman SMA Jogja, dan berpusing-pusin

Lupa Cara Berimajinasi

Dulu, sebelum bapak saya pensiun, saya terkadang mengantarnya pergi bekerja agar saya bisa memakai motornya. Sepanjang perjalanan ke tempat kerjanya, kami harus melewati jalan raya yang di samping kiri dan kanannya adalah persawahan. Tepat di sisi jalan raya ini terdapat parit atau sungai kecil. Di tepi-tepi kali ini banyak ditumbuhi rerumputan liar yang mempunyai bunga-bunga kecil. Walau liar bunga-bunga ini indah-indah. Selama saya dibonceng bapak, saya menikmati pemandangan indah ini. Melihat sawah-sawah dan kali ini saya jadi teringat masa kecil saya. Masa kecil yang penuh imajinasi. Dulu saat masih TK dan SD, apapun bisa jadi imajinasi. Saya melihat sungai-sungai kecil di sawah dekat rumah, saya langsung bisa melamun. Membayangkan saya seorang putri yang punya rumah kerajaan di rerumputan liar sungai itu. Kerajaan penuh bunga liar tapi indah. Kerajaan di tepi sungai besar. Ada lagi. Dulu, saya bermain di halaman rumah yang waktu itu cukup banyak tanaman-tanaman hias dan pohon-poho

Korban Cinta Segi-entah berapa

Image
Hmm... jangan-jangan mbak dalam foto ini adalah korban cinta segi entah berapa antara mas dan mbak patung-patung Fisipol UGM yang setiap hari rajin belajar di depan kantin kampus. Hahaha. Si 'mbak' korban ini saya temukan sedang murung membaca buku sendirian di depan perpus UNY. Kasihan...

Punya Pekerjaan

Bapak saya bekerja. Ibu saya juga bekerja. Kedua kakak saya sudah bekerja. Teman saya bekerja. Mereka semua bekerja. Bekerja setelah lulus kuliah. Ada yang bekerja sesuai latar pendidikan, ada yang tidak tapi memang disukainya. Mereka semua bekerja, punya pekerjaan. Mendapatkan pekerjaan 'bekerja pada orang' tidaklah mudah ternyata. Persaingan sungguh ketat. Perusahaan besar juga tidak selalu mau menerima fresh graduate begitu saja. Dulu sebelum lulus kuliah, saya sama sekali tidak punya bayangan akan hal ini. Saya pikir setelah lulus akan mudah saja mewujudkan impian menjadi seorang kuli tinta. Kenyataannya? Realitanya sekarang ini memang masih banyak dibutuhkan tenaga untuk menjadi seorang wartawan/jurnalis/reporter. Kesempatan untuk lulusan mahasiswa Komunikasi juga masih tersedia. Namun sekarang ini kebanyakan media cetak terutama majalah yang sudah tersegmentasi lebih khusus lagi seperti properti, pemasaran, otomotif, dan lain-lain mencari reporter dengan kemampuan menulis

Pusing

Kepala-kepala di dalam kepalaku Kepala-kepala di dalam kepala-kepala di dalam kepalaku Pikiran di dalam pikiranku Pikiran di dalam pikiran di dalam pikiranku Tolong Tolong Tolong Berhenti Berhenti Berhenti Ok?

Tak Selalu Harus Jadi Juara

Jono Terbakar - Tualang pernah kau berlari mengejar mimpi malam tadi? berlalu sangat cepat terasa sangat singkat tak terulang lagi pernah kau mendaki terasa lama berhari-hari? puncak jadi tujuan mencari jati diri yang penuh dengan misteri pernah kau panjati batuan cadas tebing keras? kiloan harga diri melawan gravitasi coba capai luar galaksi pernah kau selami? lautan bermandikan cairan semua terasa ringan seperti tanpa beban hanya tersisa pikiran ini bukan tentang piala bukan juga tentang lencana ini bukan tentang jadi juara aku hanya seseorang, ingin bertualang memandang dunia dari sudut yang berbeda pernah kau masuki lubang tanah yang merekah? takkan pernah terkira disana ada dunia yang kita injak dengan sombongnya jangan pernah berhenti bertanya tentang sesuatu yang tak kau tahu tanya jadi alasan, alasan tuk bertanya oooooo sampaikanlah salamku kepada batu dan pepohonan yang menghitam dan sampaikan juga salamku kepada bumiku yang biru hijaunya

Mak Comblang

Oleh: Adriana Andang Gitasari Hari itu hari minggu. Namun pagi-pagi sekali muka mama sudah terlihat kesal. Papa juga demikian. Rupanya papa dan mama habis bertengkar. Benny sudah terbiasa dengan hal itu. Karena tidak lama setelah bertengkar mereka akan berbaikan lagi. Namun kali ini tidak. Papa dan mama terus diam. Mereka bahkan tidak berbicara sama sekali sewaktu sarapan. Benny heran. Padahal hari itu mereka sudah janji mengajak Benny jalan-jalan ke kebun binatang. Karena takut, ia tidak berani menanyakan soal rencana jalan-jalan itu. Benny lama-lama merasa sedih. Ia sangat ingin pergi ke kebun binatang bersama orangtuanya. Namun yang membuat lebih sedih lagi, papa dan mama malah bertengkar. Ia berpikir bagaimana caranya agar mereka berbaikan? Benny pun mendapat ide. Ia mengambil beberapa kertas. Ia mulai menulis. “Mama, maafin papa ya. Papa sayang mama” begitu bunyi tulisan di kertas yang pertama. Ia mengambil satu buah kertas lagi. Ia menulis lagi. “Papa, maafin mama ya. Mama say

Wonderland Mana Wonderland?

WONDERLAND Curiosity and imagination will be great when they’re combined It'll take you to some new place such a wonderland So you could imagine yourself as a seagull Who have a clear point of view about freedom from the highest sky It's a wonderland, place where you can find happiness It's a wonderland, place where you can be free. Curiosity and imagination will be great when they’re combined It'll take you to some new place such a wonderland So you could imagine yourself as a rabbit Running forward so fast, never looking back to the past. Itulah lirik lagu 'Wonderland' Aurette And The Polska Seeking Carnival (AATPSC). Mendengar lagu ini bukannya serasa dibawa ke wonderland, namun menimbulkan pertanyaan, sudahkah saya menemukan 'wonderland'? Tempat dimana kebahagiaan ditemukan dan bisa menjadi diri sendiri. Bebas. Sudah atau belum ya? Eh ngomong-omong 'Wonderland' AATPSC bisa didengarkan disini https://soundcloud.com/aatpsc/wonderland Mereka

Sensasi Bermusik Live

Untuk beberapa orang, datang dan menikmati konser musik/gigs pasti menjadi suatu kepuasan tersendiri. Melihat musisi kesukaannya bermain musik secara live dengan mata kepala sendiri, bernyanyi bersama, joget-joget bersama teman pasti menjadi suatu penghiburan yang tiada duanya. Namun apa yang dialami oleh orang-orang yang dilihat, didengar, dan dinikmati permainan musik livenya tersebut? Berikut ialah cerita dari beberapa musisi ciamik negeri ini mengenai sensasi bermusik live ini: 1. Jono Terbakar (Yogyakarta) “Main secara live itu masalah transfer energi. Yang main transfer energi ke yang nonton, yang nonton juga sebaliknya. Kalo energi yang ditransfer negatif ya yang balik juga negatif :) live lebih bebas daripada rekam2an. Ga peduli mau fals atau malah ga nyanyi yang penting gayeng haha.” 2. Individual Life (Yogyakarta) Ama: Tegang, grogi karena tanggung jawab karya. Harus memainkannya sesempurna mungkin. Kalau di panggung lancar dan mereka (penonton) suka, di akhir pementasan s

Jangan Ada Guling Di Antara Kita

Aku senang melihatmu mengantuk lalu lama kelamaan tertidur. Aku senang melihatmu tidur pulas setelah berhari-hari bekerja. Aku senang melihat matamu yang sedikit membuka. Aku senang melihatmu sedikit mendengkur. Aku senang melihatmu berganti-ganti posisi tidur. Miring, terlentang, tengkurap. Aku senang melihatmu sesekali terbangun karena terusik oleh tingkahku, lalu tidur lagi. Aku senang menikmati wajahmu. Aku senang memperhatikan tidurmu. Aku senang. Namun aku tidak senang! Aku tidak senang jika di sampingmu tergeletak guling. Aku tidak senang melihatmu memeluk guling. Aku tidak senang! Maka tolong, jangan ada guling di antara kita!

Mbak Yuni, “Usaha”, dan “Surrender"

Aku terbangun dari tidurku. Sekitar pukul 3 dini hari, rasa ingin buang air kecil memaksaku harus beranjak dari tempat tidur. Sekembalinya dari WC, aku terjaga. Sepertinya aku sudah tidur lama tadi. Hei, tunggu. Hari ini Mbak Yuni datang. Iya, datang. Setelah Mbak Mei, giliran dia yang datang berkunjung. Ya, berkunjung. Karena kedatangannya hanya akan terasa secepat kilat lalu pergi berganti mbak-mbak yang lain lagi. Ia benar-benar datang kali ini. Aku menatapnya. Mukanya tampak datar. Entah cerita apa yang ingin dia bagi. Bagi? Bersama dengan raut muka yang sepertinya tidak mau membocorkan rahasia, tampaknya Mbak Yuni akan menutup mulutnya rapat-rapat. Baiklah, saya tunggu saja apa yang akan dia lakukan. Aku menyilakan Mbak Yuni untuk duduk di atas kasurku. Dia tetap diam. Namun ada hal yang membuatku terus bertanya-tanya dalam hati. Benda apa yang dibawanya itu? Sebuah kotak berwarna hitam mengkilat. Oh, koper ternyata. Ia tampak menyembunyikan koper itu. Aku benar-benar dibuatnya pe

Pertanyaan-pertanyaan di Kepala #2

Jangan-jangan kalau kita mati, kita justru terbangun dari tidur kita di kehidupan lain, seperti dalam film Inception? Kenapa otak bisa berpikir, memang dijelaskan secara medis otak bisa berpikir karena ada neuron, saraf, atau apalah itu namanya, tapi kenapa benda itu bisa membuat orang berpikir, siapa yang suruh? Bagaimana kalau sebelum orang lahir orang boleh memilih jenis kelamin, jadi orang bisa menjalani hidup sesuai pilihannya? Mengapa dulu saya tidak ambil kuliah jurusan arsitektur agar lulus bisa proyekan sambil menulis? Kenapa orang picik tak menyudahi pikiran kolotnya tentang agama, lalu dunia menjadi damai? Kenapa masih ada orang yang mengaku dia ateis tapi masih sering mencari pembenaran atas keyakinannya bahwa tidak ada Tuhan atau menjelek-jelekkan kepercayaan orang beragama? Sama saja bohong bukan? Dia juga masih percaya Tuhan sepertinya? Apa lagi Yohanes Novendriono? Apa lagi yang kau inginkan dari saya? Pertanyaan macam apa lagi yang ingin kau tahu? Hahaha.