Kiko dan Sumpit Ajaib

“Maak! Kenapa tiap hari kita hanya makan nasi dan sayur labu?” kata Kiko setengah berteriak kepada emak. “Kiko... Kau seharusnya bersyukur masih bisa makan. Memang hanya ala kadarnya nak. Sudah, ayo cepat sarapan dan setelah itu kamu cari kayu bakar di hutan ya,” jawab emak. “Tapi mak....” Ia tidak melanjutkan perkataannya.

Sepanjang perjalanan ke hutan, ia terus menggerutu. Ia bosan dengan menu makanan yang itu-itu saja. Sehari-hari emak hanya berjualan labu hasil berkebun untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itulah mereka hidup serba sederhana. Sampai di hutan Kiko segera mencari kayu. Tidak terasa sudah satu jam lamanya. Ia merasa lelah. Kiko beristirahat di bawah pohon. Tiba-tiba sebuah benda jatuh mengenai kepalanya.

Ternyata sebuah kayu kecil panjang mirip sumpit. “Ups, ini kan memang sumpit! Kenapa bisa ada benda ini disini?” Kiko memeriksa pohon. Tidak ada siapapun. Kiko lalu iseng-iseng menggunakan sumpit itu untuk menyantap bekal makan siangnya. Ajaib! Bekal nasi dan sayur labu yang ia makan dengan sumpit itu berubah menjadi makanan yang lezat. Kiko terkejut. Dimakannya bekal itu dan enak! Ia masih tidak percaya. Ia bergegas pulang ke rumah.

Tak lama kemudian emak datang. Emak kaget melihat banyak makanan di atas meja. Ada nasi, sayur, lauk pauk, sambal, dan lain-lain. “Kiko kamu dapat semua ini darimana? Kamu mencuri ya?” Emak menuduh Kiko. Kiko menjelaskan apa yang dialaminya di hutan. Awalnya emak tidak percaya. Namun setelah mencoba sendiri sumpit ajaib itu, ia pun percaya. Emak berpesan pada Kiko supaya menggunakan sumpit itu untuk kebaikan. Kiko mengangguk.

Suatu hari, seperti biasa Kiko mencari kayu bakar di hutan. Ia sibuk memungut ranting-ranting pohon yang berjatuhan. Tiba-tiba seorang nenek tua berpakaian compang-camping mendatanginya. “Nak, tolong...nenekmu ini belum makan tiga hari.” Si nenek tua itu meminta belas kasihan Kiko.

“Tunggu...kalau nanti aku berikan bekalku, gimana aku bisa makan?” katanya dalam hati. Kiko lalu berkata, “Maaf nek, aku tidak punya makanan.” Terlihat tangan kanan Kiko menyembunyikan bungkusan makanan di balik punggungnya. Nenek tua itu tahu kiko berbohong. Namun ia tidak mau memaksanya. Akhirnya pergilah nenek tua itu.

Sesampainya di rumah Kiko bercerita kepada emak tentang kejadian tadi. Emak marah karena sikap Kiko. Kiko kesal dan malah pergi begitu saja. Emak hanya menghela napas.

Di tengah jalan Kiko merasa lapar. Di dalam kantongnya masih ada sebuah roti. Dikeluarkannya sumpit ajaibnya. Bukan main terkejutnya Kiko. Rotinya tidak berubah. Sumpit ajaib tidak bekerja. Dicobanya berulang-ulang. Ia kesal dan membuang sumpit itu. Kiko memutuskan untuk pulang.

“Aku pulang..” Terdengar suara Kiko. “Ayo kita makan malam.” Ajak emak. Namun Emak merasa aneh dengan sikap Kiko. Kiko terlihat murung. Biasanya setiap makan Kiko mengeluarkan sumpit ajaibnya. Namun kali ini tidak. “Tumben kamu tidak memakai sumpit ajaib Kiko?” Kiko mendadak gugup. “Eee...tidak mak. Aku sedang tidak ingin saja.” Kiko berbohong. Ia takut bercerita hal yang sebenarnya. “Ya sudah, setelah makan kau bisa beristirahat.” “Baik mak.” Walaupun begitu, emak tetap merasa ada sesuatu yang disembunyikan Kiko.

Keesokan harinya Kiko berniat pergi bermain bersama teman-temannya. Tak disangka, di tengah perjalanan ia bertemu dengan nenek tua yang ditemuinya kemarin. Nenek tua itu sedang duduk menikmati makanan dengan lahapnya. Yang paling membuat Kiko terkejut adalah nenek itu memakai sumpit ajaibnya. Persis!

“Nek, itu kan sumpit kepunyaanku!” Kiko mendekati si nenek. “Tunggu nak, ini nenek temukan di hutan, tergeletak begitu saja. Bagaimana bisa kau mengaku sumpit ini milikmu?” jawab nenek. “Tidak bisa! Sumpit itu milikku!” Kiko ngotot. Lalu mereka berdua saling berebut dan tiba-tiba terdengar suara. “Krak!”. Sumpit itu patah. Kiko dan si nenek terdiam. “Semua gara-gara nenek!” Kiko marah dan berlari pulang.

Di depan rumah, emak melihat Kiko berjalan gontai. “Kamu kenapa nak?” “Ada apa? Ayo ceritakan pada emak.” Kiko sedikit takut. “Kemarin sumpit ajaibnya aku buang mak.” Emak terkejut. “Sumpit ajaibnya tidak berfungsi lagi mak. Aku tidak tahu penyebabnya. Tiba-tiba saja waktu aku gunakan untuk menyumpit roti kemarin, rotinya tidak berubah.” Jawab Kiko lemas. Kiko juga bercerita panjang lebar tentang kejadian yang baru saja dialaminya.

Emak memegang pundak Kiko dan berkata, “Hmm...itulah Kiko balasan bagi orang yang sombong dan serakah. Kita harus menggunakan kelebihan kita untuk membantu orang lain yang membutuhkan.” “Emak tidak marah padaku?” tanya Kiko. Emak tersenyum kecil. “Tidak Kiko. Kalau memang sumpit ajaib itu bukan rejeki kita ya apa boleh buat.” Emak mencoba menghibur Kiko. “Terima kasih mak..” Kiko memeluk hangat emak.

Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Sensasi Bermusik Live