Aku Masih Memakai Rok

Tidak.

Aku tidak sedang tidur. Aku sedang dalam perjalananku ke sekolah. Ya, sekolah. Yang kutahu, sekolah adalah tempat dimana aku dipaksa orangtuaku untuk kukunjungi setiap hari. Kecuali hari minggu. Dan setiap aku pulang dari sana, banyak hal yang harus terpaksa kuingat. Cukup. Lupakan semua itu, mungkin terlalu buruk bayanganku tentang sekolah.

Tunggu. Jalan ini tidak seperti jalan biasanya. Jalan menuju ke sekolahku tidak seramai ini. Hanya ada beberapa pedagang buah di kanan jalan yang sehari-hari berjualan. Kenapa semua orang berdiri memenuhi ruas jalan?

Apakah akan ada karnaval hari ini? Tidak. Tidak ada siapapun di belakangku. Tidak ada petugas keamanan. Tidak ada mobil-mobil berhiaskan pita warna-warni. Tidak ada para badut yang dengan konyolnya menakut-nakuti anak-anak. Tidak ada sorak sorai. Tidak ada!

Oh tidak! Tidak ada semua itu. Hanya aku, sendirian. Akulah karnaval itu. Lah apa-apaan ini?

Tunggu. Mereka memandangiku dengan tatapan yang sama ketika ibu memarahiku jika aku malas membantunya mencuci baju. Tatapan yang sama ketika Jono, teman sekelas, mengolok-olokku karena aku bermain boneka. Tatapan yang sama ketika Yohana memandangiku sengit. Karena ia pikir aku lebih cantik darinya. Hah! Cukup.

Aku ingin sekali berbalik arah. Berjalan pulang ke rumah daripada menjadi tontonan semacam ini. Tidak! Aku harus tetap berangkat ke sekolah. Bukankah ini hari Senin? Eh, bukan. Hari ini hari Rabu. Bukan! Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu, Rabu, Jumat. Kepalaku serasa berputar-putar. Aku bahkan tidak mengingat hari.

Pandanganku mulai kabur. Tiba-tiba seorang perempuan tua terlihat jelas menatapku. Jelas sekali ia ingin mengatakan sesuatu. “Hei nak, pulanglah. Kau tak perlu ke sekolah. Untuk apa? Lha wong besok kamu cuman jadi babunya bojomu kok.” Belum sempat aku membalas perkataannya, pandanganku kabur lagi. Perempuan tua itu hilang dari pandanganku.

Bersambung…

Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Sensasi Bermusik Live