Teman-Teman yang Membuat Saya Hanya Bisa Mengangguk-angguk

Tunggu. Dilihat dari judulnya saja bisa tulisan ini pasti tidak akan masuk dalam kumpulan karya ilmiah, hahaha. Ah, masa bodoh, toh saya tidak bertujuan untuk menulis semacam itu. Saya hanya ingin menulis tentang mereka, teman-teman saya yang tiap kali ada kesempatan mengobrol bersama mampu membuat saya hanya bisa mengangguk-angguk, tidak mengeluarkan argumen, bantahan, dan ungkapan.

1. Yohanes Novendriono

Saya banyak mengobrol dengannya, tentu saja karena dia adalah teman laki-laki saya. Ya teman dekatlah kami ini. Sejak kami berkenalan, banyak sudah yang kami bicarakan. Topik A sampai Z, tema nggak penting sampai yang (dibuat) penting, obrolan santai sampai yang serius. Nah itu dia, ketika obrolan kami mulai memasuki hal-hal yang esensial dalam hubungan kami (halah) atau ketika kami membicarakan permasalahan yang sedang saya hadapi, ia senang sekali membuat saya terdiam, tidak mampu berkata-kata lagi. Terlalu banyak yang ia ungkapkan untuk "mencerahkan" saya, sehingga saya tidak mampu mengingatnya dengan jelas. Satu kalimat yang selalu saya ingat, "Aku yakin kowe iso dek." Olala, menulis bagian ini saja saya mulai speechless, hahaha. Yang jelas, ia sangat menginspirasi, tidak pernah bosan mengingatkan saya, menyemangati saya yang senang sekali gundah gulana ini.

Beruntung sekali mengenalnya ya ampun!

2. Trias Wahyu Saputra

Aduh, kenapa laki-laki ini ya? Hahaha. Wahyu adalah teman sekelas saya. Dulu. di awal semester saya tidak mengenal teman yang satu ini. Namanya saja saya tidak tahu, teman macam apa saya ini ya, ckckck. Baru setelah beberapa semester terakhir saya mengenalnya, berbincang bersama, mengerjakan tugas bersama, dan makan bersama tentunya. Eh, kami tidak berduaan saja lho, ada teman-teman lain juga kok.

Lalu? Wahyu di akhir-akhir semester ini sudah menjadi teman akrab kami. Kami? Ya, kami adalah kelompok sepermainan di kampus. Saya, Ria, Retno, Rifki, Maya, Ari, dan Putri. (Mbuh ah, piye nyebutnya, pokoknya grup nongkrong ra jelas, kadang juga grup kelompok tugas mata kuliah, hahaha

Di tengah-tengah kami berbincang, tidak jarang kami mengutarakan masalah-masalah yang sedang menerpa (heleh). Dan Wahyu sering pula datang dengan pemikirannya yang bijak. Kata-katanya selalu "menenangkan". Ia bisa memberikan perspektif yang lain. Namun tidak selalu begitu juga sih, pernah suatu kali ia malah membuat saya dan teman-teman perempuan yang lain merasa tambah galau. Hahaha.

Tetap saja saya sedikit kagum dengannya. Nasihat-nasihat dan petuahnya terkadang membuat saya mengangguk tanda setuju, dan saya lihat teman lain pun mengamini. Bisa dibilang ia teman tak terduga. Tak diduga saya kini mengenalnya akrab. Tak diduga ia adalah seorang yang ramah, dan tak pelit berbagi cerita.

Halo Wahyu!

3. Saila Muti Rezcan

Saya mulai mengenal Saila waktu duduk di kelas 2 SMA. Kami satu sekolah lebih tepatnya. Ternyata tak diduga juga kami bertemu lagi di bangku kuliah. Walaupun lama berteman, saya tidak begitu akrab dan dekat dengannya. Namun di mata saya, Saila adalah orang yang tegas dan lugas dalam mengungkapkan sesuatu, pemikirannya. Tidak berbelit-belit. Saya kagum dengan argumen-argumennya di kelas, ketika presentasi, diskusi kelompok, dan semacamnya.

Di luar kelas, saya beberapa kali berkesempatan mengobrol dengannya. Tidak berduaan saja sih tapi bersama teman-teman lainnya. Suatu kesempatan, kami membicarakan berbagai hal, sampai pada info seputar lomba-lomba yang sedang berlangsung. Saya lupa kapan, tapi saya ingat waktu itu kami nongkrong di dekat tempat mangkal bu jajan.

Kami saling berbagi cerita, terkait lomba-lomba itu. Ia bercerita pengalamannya, bagaimana caranya, nikmatnya mengirim hasil karya walaupun tidak menang, blablabla. Sekian kata yang keluar dari mulut Saila, satu kalimat yang tidak pernah saya lupakan, "Jangan cuma jadi wacana".

Saya hanya bisa mengangguk-angguk. Saya diam. Mendengarkannya. Tersadar. Saya merasa tersentil. Berkali-kali saya bertekad menguji nyali dengan ikut lomba tapi tak pernah terwujud. Saya hanya berwacana saja. Tak ada aksi.

Wah Saila, jujur, saya kagum denganmu!

Hmm...senang bisa mengenal mereka. Saya belajar dari mereka. Sungguh, mau dikata jelek, nggak penting isinya, dan sebagainya tentang tulisan ini, saya tidak peduli. Saya benar-benar ingin menulis tentang ini. Tentang teman-teman yang membuat saya hanya bisa mengangguk-angguk.

Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Sensasi Bermusik Live