Mak Comblang

Oleh: Adriana Andang Gitasari


Hari itu hari minggu. Namun pagi-pagi sekali muka mama sudah terlihat kesal. Papa juga demikian. Rupanya papa dan mama habis bertengkar. Benny sudah terbiasa dengan hal itu. Karena tidak lama setelah bertengkar mereka akan berbaikan lagi. Namun kali ini tidak. Papa dan mama terus diam. Mereka bahkan tidak berbicara sama sekali sewaktu sarapan. Benny heran. Padahal hari itu mereka sudah janji mengajak Benny jalan-jalan ke kebun binatang. Karena takut, ia tidak berani menanyakan soal rencana jalan-jalan itu.


Benny lama-lama merasa sedih. Ia sangat ingin pergi ke kebun binatang bersama orangtuanya. Namun yang membuat lebih sedih lagi, papa dan mama malah bertengkar. Ia berpikir bagaimana caranya agar mereka berbaikan?


Benny pun mendapat ide. Ia mengambil beberapa kertas. Ia mulai menulis. “Mama, maafin papa ya. Papa sayang mama” begitu bunyi tulisan di kertas yang pertama. Ia mengambil satu buah kertas lagi. Ia menulis lagi. “Papa, maafin mama ya. Mama sayang papa.” Begitu bunyi tulisan yang kedua. Rupanya ia membuat dua surat.


Lalu Benny melipat kedua surat itu dengan rapi. Diam-diam, ia mencari mama. Dilihatnya mama sedang tertidur di kamar. Ia berjalan pelan-pelan. Agar tidak membangunkan mama. Ia menaruh surat pertama bertuliskan “untuk mama”. Benny segera keluar agar tidak ketahuan.


Setelah itu ia mencari papa. Ia mencari di seluruh ruangan. Namun ia tidak menemukan papa. “Papa dimana ya?” gumam Benny. Terdengar suara gemericik air dari belakang rumah. Benny pun memeriksanya. Ternyata itu papa sedang menyiram tanaman. Benny berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan. Ia melihat sekitar. Di atas meja terdapat kacamata papa dan secangkir kopi. Ditaruhnya surat kedua bertuliskan “untuk papa” di samping cangkir kopi. “Beres deh!” bisiknya. Benny pun bergegas pergi masuk ke dalam rumah lagi.


Benny menunggu apa yang terjadi. Ia menonton televise sambil terus menengok kanan kiri. “Aduh, apa suratnya tidak dibaca ya?” piker Benny. Sudah satu jam berlalu, tapi papa dan mama tidak kelihatan juga. Benny menyerah. Ia kembali sedih. Ia masuk ke dalam kamar dan hanya tiduran di ranjang. Ia mulai menangis. Namun ia berusaha menahannya agar tidak diketahui papa dan mama.


Tiba-tiba terdengar suara papa dan mama bersamaan. “Maafin papa dan mama ya Benny sayang.” Benny terkejut bukan main. Ia segera mengusap air matanya. Ia bangun dan memeluk mereka. “Em, papa dan mama sudah baikan?” Tanya Benny. Mama melirik papa. “Sudah sayang, dan ini berkat kamu,” jawab mama. “Lho, kok mama tahu?” Benny bertanya lagi. “Iya dong, papa kan hafal ini tulisan siapa,” sahut papa sambil menunjuk surat. Wajah Benny memerah. Ia tersipu malu.


“Eh, gimana kalau kita makan malam di restoran seafood kesukaanmu, Benny,” ujar papa. “Wah ide bagus itu pa,” mama setuju. “Beneran pa?” mata Benny berbinar-binar. “Iya sayang…” jawab papa. “Yes! Aku berhasil mencomblangkan papa dan mama lagi!” teriak Benny kegirangan sambil berlari-lari. “Hahaha...” papa dan mama tertawa. Benny senang sekali. Kini ia bias melihat papa dan mama tersenyum kembali.



Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Biasa yang Luar Biasa!