Lupa Cara Berimajinasi

Dulu, sebelum bapak saya pensiun, saya terkadang mengantarnya pergi bekerja agar saya bisa memakai motornya. Sepanjang perjalanan ke tempat kerjanya, kami harus melewati jalan raya yang di samping kiri dan kanannya adalah persawahan. Tepat di sisi jalan raya ini terdapat parit atau sungai kecil. Di tepi-tepi kali ini banyak ditumbuhi rerumputan liar yang mempunyai bunga-bunga kecil. Walau liar bunga-bunga ini indah-indah.

Selama saya dibonceng bapak, saya menikmati pemandangan indah ini. Melihat sawah-sawah dan kali ini saya jadi teringat masa kecil saya. Masa kecil yang penuh imajinasi. Dulu saat masih TK dan SD, apapun bisa jadi imajinasi. Saya melihat sungai-sungai kecil di sawah dekat rumah, saya langsung bisa melamun. Membayangkan saya seorang putri yang punya rumah kerajaan di rerumputan liar sungai itu. Kerajaan penuh bunga liar tapi indah. Kerajaan di tepi sungai besar.

Ada lagi. Dulu, saya bermain di halaman rumah yang waktu itu cukup banyak tanaman-tanaman hias dan pohon-pohon buah. Saya berimajinasi dan jreng! Saya sulap halaman dan kebun rumah menjadi sebuah restoran. Kedai Kebun. Hahaha. Saya buat jalan setapak menuju restoran, pita-pita, hiasan, meja, dan papan menu. Kakak saya ajak bermain bersama sebagai pelanggan. Jika tidak ada dia, saya bermain sendiri. Saya menjadi penjaga restoran. Ini imajinasi yang diwujudkan nyata. Walau hanya bermain-main. Masih banyak lagi hal-hal seperti itu. Waktu kecil yang penuh imajinasi.

Kini, saya lupa bagaimana cara berimajinasi. Melewati sungai-sungai di tepi sawah itu, saya tidak bisa membayangkan apa-apa. Tidak otomatis berimajinasi. Saya lalu mencoba berimajinasi. Tidak berhasil!
Yah, mungkin saya sudah sangat jarang berimajinasi. Otak saya tumpul. Huhuhu.

Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Biasa yang Luar Biasa!