Sensasi Bermusik Live

Untuk beberapa orang, datang dan menikmati konser musik/gigs pasti menjadi suatu kepuasan tersendiri. Melihat musisi kesukaannya bermain musik secara live dengan mata kepala sendiri, bernyanyi bersama, joget-joget bersama teman pasti menjadi suatu penghiburan yang tiada duanya.

Namun apa yang dialami oleh orang-orang yang dilihat, didengar, dan dinikmati permainan musik livenya tersebut? Berikut ialah cerita dari beberapa musisi ciamik negeri ini mengenai sensasi bermusik live ini:


1. Jono Terbakar (Yogyakarta)

“Main secara live itu masalah transfer energi. Yang main transfer energi ke yang nonton, yang nonton juga sebaliknya. Kalo energi yang ditransfer negatif ya yang balik juga negatif :) live lebih bebas daripada rekam2an. Ga peduli mau fals atau malah ga nyanyi yang penting gayeng haha.”


2. Individual Life (Yogyakarta)

Ama: Tegang, grogi karena tanggung jawab karya. Harus memainkannya sesempurna mungkin. Kalau di panggung lancar dan mereka (penonton) suka, di akhir pementasan saya tersenyum, senang….lega. Dan juga sebaliknya, malah sering kebawa kepikiran sampai kerumah. :D

Nadya : Kadang kalo pas konsen banget, fokus sama yang dimainin, suka gak sadar sama keadaan sekitar. Baru sadar setelah lagu selesai trus penonton mengapresiasi (bertepuk tangan), dan rasanya……inexplicable.. :)

Didit : Grogi!

Ucok : Bermain dengan IL tidak pernah lepas dari imajinasi suara dan suasana yang terbawa jauh kebawah alam sadar. Terdapat sesuatu kepuasan tersendiri disetiap akhir lagu. “Nada dan Ritmis”, tantangan tersendiri untuk membawa pendengar kedunia imajinasi yang belum tentu satu arah.

Bias : Happy syalala.. :)

Reza: Menikmati dan adrenalin yang terpacu, emosi dari setiap alunan melodi dan hentakan beat akan makna dari setiap karya lagu yang dimainkan.

Esa : a.(pertanyaan sensasi) : menyenangkan karena membunyikan “lagi” bersama-sama bunyi yang dihasilkan sesuai kapasitas, ada kerinduan bertemu jadi makna kebersamaan dan komunal dalam gigs menjadikani alasan kuat kenapa sensasi senang dan bahagia itu ada.

b. (pertanyaan dilihat) : perasaan ketika diliat? kondisional, karena menonton pada hakekatnya adalah bentuk apresiasi logis antara “pembuat dan pelaku karya” dengan “penonton yang memilih suka dengan karyanya”. Kita tahu bahwa menyukai itu sangat pribadi sifatnya, artinya siapapun yang menonton kita sampai selesai rata-rata karena sudah pernah tau tapi tidak tertutup kemungkinan mereka baru tau dan mendapat efek psikologis atas karakter suara yang kita hasilkan.

c. (pertanyaan dinikmati orang lain) : yang dirasakan? hmm… bersyukur mungkin kata yang lebih tepat. karena akhirnya mereka datang untuk menonton kita dengan alasan masing2 dan mensukseskan income untuk si pembuat acara.


3. The Frankenstone (Yogyakarta)

“Ya senang. Apalagi yang moshing banyak, yang nonton rame. Kami juga menghargai apresiasi mereka, apalagi mereka hafal lirik lagu-lagune Frankenstone.”


4. Aurette And The Polska Seeking Carnival (Yogyakarta)

“Puas karene eargasm & soulgasm.”


5. Tika & The Dissidents (Jakarta)

“Bahan bakar penampil adalah energi yg diberikan penonton dan sebaliknya. Saat keduanya panas, maka meledaklah kita bersama-sama!”


Itulah yang dirasakan oleh para musisi yang mungkin sering kita saksikan dan dengarkan karya-karya mereka secara langsung. Sebenarnya masih ada cerita dari beberapa musisi top lainnya. Namun kapan-kapan lagi saya tuliskan di sini. Hehehe.

Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi