Realita Dunia Kerja

Sekitar 2 minggu lalu saya mendapat panggilan wawancara kerja di sebuah majalah anak-anak milik perusahaan grup majalah ternama yang berkantor pusat di Jakarta Barat. Sebuah kesempatan yang saya idam-idamkan selama ini. Kesempatan langka. Karena hanya selang beberapa hari saja setelah mengirim lamaran via email saya ditelepon oleh staf HRD perusahaan tersebut. Akhirnya berangkatlah saya ke ibukota.

Hari wawancara pun tiba. Namun saya datang ke kantor majalah tersebut di bilangan Kebon Jeruk dengan modal 'nol'. Tidak belajar. Baik tentang profil majalah tersebut maupun belajar teknik wawancara kerja yang oke. Simpel. Saya ingin melakukan sesi wawancara yang spontan dan mengalir dengan menjadi diri saya sendiri. Lucu sekali bukan? Mengingat orang pada umumnya belajar dan berlatih mati-matian sebelum menghadapi saat-saat seperti ini.

Namun apa yang terjadi? Wawancara yang pikir saya akan menjadi mudah ternyata tidak. Tidak mudah tanpa belajar dan persiapan sebelumnya. Ke-apa adanya-an saya justru menjadi faktor kegagalan saya. Pertanyaan yang diajukan sebenarnya sangatlah sederhana. Namun saya gagal melakukan personal branding. Kata orang 'menjual diri'. Saya memang menjadi diri sendiri. Terlalu menjadi diri sendiri. Polos, lugu, dan idealis. Bagian paling mengerikan adalah saya malah memberi kritik terhadap konten majalah anak itu. Ya. Akhirnya saya tidak lolos ke tahap psikotest.

Saya pun jadi sadar. Jika ingin masuk dunia kerja apalagi menjadi karyawan sebuah perusahaan, apalagi dunia media yang sekarang berorientasi pasar, orang harus melepas idealisme mereka. Hal klasik ya. Namun memang terbukti. Kecuali orang melamar di media yang punya idealisme sejalan dengannya. Satu lagi. Saya tidak boleh meremehkan wawancara kerja. Menjadi diri sendiri adalah wajib. Namun sedikit menjadi orang lain tidak ada salahnya.

Menjual diri bukanlah keahlian saya. Bahkan saya sedikit tidak Menyukai cara ini dalam sesi eawancara kerja. Saya lebih suka orang melihat hasil karya saya dan membuat sendiri penilaian tentang saya. Yah tapi begitulah realita di dunia kerja. 'Jungle' yang sebenarnya dari istilah/ungkapan ''welcome to the jungle' yang sering dibicarakan orang. Mau tidak mau kita harus mau.

Seperti itulah pengalaman saya. Ada yang pernah mengalaminya juga?

Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Sensasi Bermusik Live