Sensasi Musik Live Bagian 1

Menikmati pertunjukan musik memang menjadi suatu hal yang menyenangkan. Beberapa kali saya menyempatkan diri mendatangi gigs di negeri ini. Negeri ini? Ah bahasanya kok seperti saya sudah melanglang buana ke daerah-daerah, luar kota, dan semacamnya ya. Hahaha. Padahal baru di Jogja dan Jakarta. Ah Jakarta juga baru 2 kali. Ah itu tidak penting juga kali. Lupakan.


Pokoknya selama saya pernah menikmati acara-acara musik ini, ada beberapa band yang saya anggap keren jika musik mereka dinikmati secara live. Saya tidak tahu dan tidak suka membedah jenis musik apa yang mereka bawakan. Bagi saya tidak penting memang. Musik yang enak bagi telinga saya itu saja sudah cukup. Karena bagi saya mendengarkan musik hasil rekaman saja tidak cukup.


Walaupun musik hasil rekaman lebih jernih dan suara vokalnya lebih jelas didengar, tapi menikmati secara visual orang-orang memainkan alat musik dan mendengarkan permainan mereka merupakan sensasi yang tidak ada tandingannya. Oke. Jadi intinya berikut band-band yang sangat enjoyable jika ditemui secara live:


Risky Summerbee and The Honeythief


Risky Summerbee and The Honeythief sudah memikat telinga saya sejak tahun 2008. Pertama kali saya mendengar lagu mereka “Fireflies” di radio. Sedangkan pertama kali saya melihat mereka bermain musik secara live kalau tidak salah ingat saat ada konser Efek Rumah Kaca album “Kamar Gelap” tahun 2009 di TBY. Permainan musik RSTH selalu memberikan sensasi. Suara vokal Risky memang lebih baik terdengar di lagu-lagu rekaman. Namun permainan gitar Erwin Zubiyan lah yang sedikit banyak memberikan sensasi itu. Tentu dengan harmonisasi dengan alat musik yang lain. Sedari tadi saya ngomongin sensasi, sensasi opo to? Hahaha. Yah saya suka sekali ketika menikmati permainan musik live ini dengan memejamkan mata. Dimanapun posisi saya berdiri/duduk saat di venue gigs saya kerap memejamkan mata dan menggunakan dengan penuh kemampuan telinga untuk mendengarkan. Hasilnyaaaa...suara gitar Erwin yang entah teknik apalah itu saya tidak tahu, bisa masuk ke otak, membuat sensasi melayang-layang, ah entahlah apa kata-kata yang cocok untuk menggambarkan sensasi yang saya rasakan ini. Ditambah dengan suara drum, keyboard, bass yang beriringan. Biasanya part paling hebat ialah permainan mereka di tengah lagu (ah sial saya tidak tahu istilah musiknya apa, bukan refren bukan intro, itulah pokoknya) dan di akhir lagu. Seperti di lagu The Place I Wanna Go. Di tengah dan di akhir lagu ada satu bagian mereka memainkan musik dengan tempo kencang. Whoaaa...di bagian inilah pikiran saya bisa melayang-layang. Mata terpejam dan kepala sedikit geleng-geleng mengikuti irama. Asem susah le menggambarkan. Hahaha.


Float


9 Mei 2013 lalu saya akhirnya bisa melihat permainan ciamik mereka di sebuah pusat kebudayaan Amerika, yaitu At America di Pacific Place Jakarta. Sungguh baru pertama kali ini saya bisa melihat Float. Sejak Float mengisi soundtrack film 3 Hari Untuk Selamanya, saya seketika menyukai lagu-lagunya. Benar adanya. Tak hanya bagus di rekaman, tapi musik mereka sungguh sangat mempesona ketika dinikmati secara live. Apalagi kebetulan saat tampil di At America kemarin permainan musik mereka didukung oleh sound system yang menurut saya sangat sangat bagus. Suara vokal Hotma Roni yang menurut saya “jantan” ini ah sungguh jernih sekali. Tetap “jantan”!


(bersambung ke bagian 2)

Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Sensasi Bermusik Live