Kata Kakak

Oleh: Adriana Andang Gitasari


“Ayo bangun sayang, sarapan,” Mama membangunkan Devi. Perlahan Devi membuka matanya. “Oh iya, kamu tak perlu ke sekolah hari ini,” tambah Mama. “Apa?!” Devi sangat terkejut. Ia bangun dari tempat tidurnya. “Kata siapa ma? Kemarin tidak ada pengumuman libur kok,” Devi tidak percaya. “Iya, tapi tadi pagi-pagi sekali wali kelasmu menelepon katanya...”
“Apa katanya?” Devi menyela perkataan mama. “Katanya sekolah rusak parah akibat hujan dan angin kencang semalam,” ujar mama. Seketika wajah Devi berubah. Ia sedih tidak bisa pergi ke sekolah. Akhir-akhir ini ia sedang bersemangat belajar. Melihat wajah muram Devi, mama lalu mengajaknya sarapan.

Setelah sarapan, Devi terus berdiri di dekat jendela. Di luar masih saja turun hujan dan angin bertiup sangat kencang. Memang sejak tadi malam cuaca buruk belum berakhir. Huh, kenapa sih harus turun hujan segala? Pikir Devi dalam hati. Ia merasa bosan hanya berdiam diri di rumah.

“Dev, kenapa kamu tidak bermain saja dengan Dinda?” suara mama mengagetkan Devi. “Ah mama, Dinda kan masih kecil. Pasti nggak asyik main boneka sama dia,” jawab Devi. Mama menggelengkan kepala dan berlalu. Devi kesal. Ia bahkan tidak bisa sekadar keluar rumah untuk bermain dengan teman-temannya. Sampai siang hujan deras tak juga reda. Devi hanya mondar-mandir di depan televisi.

Karena tak ada teman selain Dinda, ia pun mencoba bermain dengannya. Dinda masih berumur setahun. Kebetulan Dinda tidak tidur siang. “Halo Dinda, main yuk sama kakak,” Devi mendatangi Dinda yang sedang digendong mama. Devi pun berhasil mengajak Dinda. Mama senang melihatnya.

“Enaknya main apa ya Dinda?” Devi mencoba mengajak ngobrol Dinda. “Awawawa,” jawab Dinda yang belum fasih berbicara. “Em...belajar kata-kata yuk,” lanjut Devi. Karena Dinda belum bisa lancar berbicara, Devi pun mengajarinya mengeja kata-kata. Mulai dari mama, papa, maem, halo, dan lain-lain.

Devi tampak menyerah. Dinda tidak begitu memperhatikan Devi. Dinda malah asyik bermain boneka. “Huh.. susah juga ya ngajarin anak kecil,” gumam Devi. Devi menyerah. Ia pun menggendong Dinda. Ia ingin memberikan Dinda kepada mama saja. Namun baru saja ia berdiri, Dinda mengucapkan sesuatu.

“Kaka..” Terdengar Dinda mengucapkan kata “kakak” walaupun tidak jelas. “Apa dinda sayang? Kamu barusan ngomong kakak ya?” Devi terkejut. Soalnya tadi Devi tidak mengajarkan kata itu. Dinda tersenyum dan tertawa kecil. Ia senang dengan ekspresi kaget Devi.

“Mama mama!” Devi berteriak memanggil mama. Mama datang menghampirinya. “Ada apa sih? Dinda ngompol?” mama heran. “Enggak ma, tapi Dinda bisa bilang kakak,” Devi bercerita pada mama. “Oh ya? Pintarnya anak mama...” ujar mama sambil mengambil Dinda dari gendongan Devi. “Eh aku yang ngajarin ma tadi,” Devi tak mau kalah.

“Iya, anak mama satu ini jago deh!” puji mama. Devi tersenyum lebar. “Hore! Aku berhasil ngajarin Dinda! Belajar lagi yok Din,” ajak Devi pada Dinda. “Eits, Dinda makan dulu ya kakak,” sahut mama. “Ikuuut!” Devi pun berjalan mengikuti mama. “Kakaka,” Dinda tiba-tiba berbicara lagi. Mama dan Devi tertawa mendengarnya. Devi senang sekali. Walaupun ia harus libur tapi ia tetap bisa belajar bersama adiknya. Apalagi Dinda bisa memanggilnya “kakak” untuk yang pertama kalinya.

Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Sensasi Bermusik Live