Aku dan Kehidupanku Sehari Ini

Pagi ini, aku bangun kesiangan. Ketika aku bangun, anakku sudah wangi, sehabis dimandikan bapaknya. Karena dia pasti belum sarapan, bergegas ku beranjak dari kasur menuju dapur. Kubuatkan telur dadar, untuk dimakan bersama nasi hangat sisa kemarin.

Setelah matang, aku suapi anakku. Karena (agaknya) didikanku yang salah, dia makan sambil menonton video-video anak-anak. Kalau ndak gini, ndak mangap e. Kurang lebih setengah jam, akhirnya makan pun habis. Kuberikan dia susu UHT, dengan harapan bisa nambah gizi dan berat badannya.

Rupanya suamiku lapar. Minta makan. Aku pun. Aku lihat daftar restoran di aplikasi pesan antar makanan. Restoran favorit belum buka. Kami tahan rasa lapar itu sampai waktunya tiba.

Pukul 10.30 WIB datang juga. Kupesan nasi lauk sei dan babi panggang idola kami di wilayah ini. Klik, klik, klik. Kami menunggu dengan sabar. Sambil menunggu makanan datang, aku menjemur pakaian di halaman belakang. Ditemani anak batita yang bermain hanger baju dan kamera saku digital.


Aku, difoto oleh anakku.


Setengah jam berlalu, bapak driver pengantar makanan tiba. Suamiku dengan sigap mengambil bungkusan makanan yang ditaruh di atas kursi, di depan pintu rumah. Ya, kami menerapkan jaga jarak selama pandemi. Termasuk saat menerima paket.

Tanpa babibu, dihajarlah sekotak nasi hangat berlauk sei babi, tumis daun singkong dan sambal khas masakan daerah Nusa Tenggara. Sei daging babi andalan, ndak kaleng-kaleng.

Aku pun segera menyelesaikan jemuranku. Kuajak anakku masuk ke dalam rumah lagi. Kubilang padanya, aku ingin makan. Aku lapar.

Kuambil sisa nasi di rice cooker. Aku memilih lauk babi panggang. Tentu dengan tumis daun singkong dan sambal. Ah sedapnya!

Selesai makan, kami bermain bersama. Bercanda gurau. Sesekali melototin layar smartphone bersama. Tak terasa, sudah siang saja.

Anakku harus makan 3 kali sehari. Aku ke dapur lagi. Kusiapkan daging sapi dan pasta. Ah, malasnya hari ini. Aku buat steak dan pasta rebus buat anakku.

Tentu saja aku lagi yang menyuapi dia. Menonton lagi. Sampai makanan habis. Ritual makan yang...jangan ditiru ya!

Habis kenyang, terbitlah ngantuk. Anakku kupaksa (lebih tepatnya) tidur. Kalau ndak, ndak tidur siang e. Kugendong badan mungilnya. Kutimang-timang sambil bersenandung. Aku suka momen ini.

Akhirnya dia tidur. Kuletakkan di kasur. Aku masih harus menyentuh dapur.

Tumpukan piring dan gelas menanti. Mau tak mau harus kucuci. Sambil sesekali menengok handphone. Pencet-pencet media sosial dan aplikasi online shopping. Sesekali menengok si bocah apakah tidurnya aman.

Kenapa waktu cepat sekali berlalu ya? Sudah dua jam anakku tidur. Sudah sore saja. Sebentar lagi pasti dia bangun. Ya kan, benar!

Anakku bangun mencari induknya. Kuberikan snack biskuit coklat. Dia mau memakannya. Aku duduk di sampingnya, sesekali menyuapinya.

Ah, cucian piringku belum selesai. Aku tinggalkan anakku. Lalu dia bermain dengan bapaknya di halaman belakang rumah. Karena kotor kena tanah. Dia minta mandi, bersama bapaknya. Aku masih sibuk di dapur.

Usai mandi, kami bermain bersama lagi. Sesekali suamiku menyelinap keluar, untuk membakar rokok. Kalau aku yang menyelinap, pasti anakku sudah heboh mencari-cari. Huft.

Badanku rasanya pliket. Aku minta suamiku menjaga anak sebentar. Mandi dulu lah.

Setelah mandi, aku ke dapur lagi. Membuat lauk untuk makan malam. Protein tinggal tahu. Ya sudah kubikin tahu goreng. Apa adanya dan malas, beda tipis memang. Aku tak peduli lah. Yang penting kami makan.

Selama menggoreng tahu, anakku bermain dan menonton video dengan suamiku. Tak lama, tahu matang. Aku bawakan sepiring nasi hangat dan tahu goreng. Mulailah kusuapi dia. Untungnya, dia mau makan sampai habis. Kupaksa habis lebih tepatnya.

Lalu kuajak dia main di kamar. Baca buku juga. Kutunggu dia sampai mengantuk. Lalu kubilang padanya agar tidur.

Aku pura-pura tidur supaya dia tidak mengajak main atau baca buku. Teknik ini memang berhasil. Dia ikut tidur juga.

Jam dinding menunjukkan pukul 21.15 WIB. Aku ingat harus menulis perdana untuk gerakan "31 Hari Menulis". Aku tak punya ide bagus. Aku tak punya banyak pengetahuan yang bisa dibagi. Aku putuskan saja menulis kehidupanku sehari ini. Dari pagi sampai malam.

Setengah jam menulis dengan smartphone, aku deg - deg an. Tak banyak yang bisa kuketik di aplikasi keep. Waktu semakin mendekati pukul 24.00 WIB. Tenggat waktu untuk mengunggah tulisanku di blog.

Kuputuskan menyudahi tulisan ini.



Tangerang, 1 Mei 2020.

Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Sensasi Bermusik Live