Onar (Bagian 2)

Sehabis jam kantor usai, aku kembali lagi ke kantin. Biasanya masih ada beberapa pedagang yang tinggal di lapak. Aku tak bisa membendung rasa penasaran ini. Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Bu Mirah.

Kulihat Pak Kasno masih ada. Aku hampiri dia yang sedang duduk-duduk. Tapi raut wajahnya seperti agak cemas, menunggu seseorang.

"Pak Kasno, tumben belum pulang pak?" tanyaku.

Ia bergegas berdiri. Raut wajahnya lepas, seperti seseorang yang ditunggunya sudah datang.

"Mbaaak...ternyata sampean ke sini juga. Saya mau masuk kantor sampean ndak berani. Tadi lihat sampean makan sama Mas Dodi, kok ndak berani ganggu," katanya.

"Wonten nopo to Pak? Kok sepertinya nunggu-nunggu saya," tanyaku.

"Nganu mbak...sebenarnya saya mau cerita. Tapi mbak...," suara Pak Kasno mulai melirih.

"Pripun to Pak, saya ndak bakal marah kok Pak, cerita saja," aku makin penasaran. Lalu jantungku mulai berdegup kencang.

"Sambil duduk ya mbak," ajaknya.

Kami pun duduk. Seketika suasana hening.

"Mbak...cucu Bu Mirah meninggal. Mbak...mbak Rano kalau mau melayat, saya kasih alamatnya ya Mbak," cerita Pak Kasno.

Pak Kasno memberikan secarik kertas bertuliskan alamat rumah Bu Mirah. Aku kaget bukan main. Alamat rumahnya ternyata satu kelurahan dengan rumahku. Aku tak menyangka selama ini.

"Nggih Pak, terima kasih infonya. Kebetulan saya juga ke sini mau bertanya soal Bu Mirah. Tadi kok pulang terburu-buru sekali," jawabku.


~

Handphone ku berdering. Dodi menelepon. Aku enggan mengangkatnya. Entah kenapa.

Satu pesan pun muncul di layar ponselku.

"Ran, kamu dimana? Bisa pulang sendiri? Kalau nggak, aku antar ya. Dodi."

Dodi pria yang baik. Ia jadi teman baikku di kantor sejak pertama aku bekerja. Kadang kami nongkrong bareng saat jam makan siang. Kadang pas jam pulang, hingga larut. Kami sebatas teman kerja. Itu saja yang kuingat.

Aku kirimkan foto alamat Bu Mirah pada Dodi. "Dod, ketemu di sini sekitar maghrib ya.  Datang saja. Oke. Aku jalan duluan."

Sore itu aku naik taksi menuju rumah Bu Mirah. Aku ingin segera sampai. Aku ingin tahu apa yang terjadi. Padahal aku bukan siapa-siapa. Aku hanya mengenal baik Bu Mirah di kantin kantor. Roti buatannya enak. Itu saja yang kuingat.

Sudah berapa kali aku mengecek aplikasi peta online. Sungguh aku tidak sabar. 


(Bersambung....)

Comments

Popular posts from this blog

'Ke Sana' - nya Float

Ayu Rianna Amardhi: Sang Putri Indonesia dari Komunikasi

Sensasi Bermusik Live